Assalamu'alaikum...
Saya sadar saya
bukanlah orang yang sempurna dan penuh dengan kelebihan, namun saya adalah
orang yang jauh dari sempurna dan mempunyai banyak kekurangan. Inilah landasan
kenapa saya membuat blog ini, yaitu untuk menasehati dan mengingatkan diri
sendiri tentang bagaiman menjalani hidup ini. Tiada niat untuk menggurui
siapapun, selain hanya berusaha memotivasi diri dengan tulisan yang mencoba
saya abadikan dalam sebuah blog. Disisi lain jikalau ada beberapa tulisan yang
saya posting menyinggung atau tidak berkenan di hati parapembaca secara sengaja
ataupun tidak, maka saya sangat berharap untuk bisa dimaklumi. Karena, setip
tulisan yang saya posting bukanlah sebuah teori yang mungkin bisa digunakan
oleh orang lain dalam memecahkan masalah, kalau toh bisa mungkin hanya sebuah
kebetulan.
Saya hanyalah anak
yang dibesarkan dengan penuh kemanjaan, kerasa dan kejamnya tingkah laku alam
tidak banyak saya alami dalam proses kedewasaan saya. Yang saya alami adalah,
bagaimana saya diperlakukan dengan lebih sepesial dibandingkan dengan
teman-teman atau bahkan kakak-kakak saya. Orang tua saya adalah orang yang
sangat bijaksana lagi penyayang khususnya kepada diriku, walau sedikit over
protec dan over manja. Contoh kecil dari masa kecil saya adalah ketika saat
saya masih dibangku Sekolah Dasar (SD), jika teman-teman sebaya saya diberi
uang saku Rp. 50,- saya selalu lebih bahkan sampai dua kali lipat, kalau tidak
Rp. 100 ya Rp. 150. Ketika saya Duduk dibangku SLTP, ketika teman-teman saya
diberi uang saku Rp. 200-250, saya selalu diberi uang saku Rp. 400-500. Entah
kenapa saya diperlakukan seperti itu, namun satu alasan yang sering muncul dari
kedua orang tua saya yaitu, biarlah kami dolo sering diremehkan atau bahkan
dihina oleh orang lain tapi kamu tidak boleh mengalami itu (terima kasih Ayah
dan Ibu).
Inilah sesungguhnya
yang secara tidak sadar membentuk kepribadian dan karakter saya. Akhirnya saya
menjadi anak yang manja, boros dan pemalas mengingat dari proses perkembangan
saya yang terlalu banyak dimudahkan. Dengan nama besar orang tua yang hanya
seorang kepala sekolah sekaligus pemangku mushola di sebuah desa yang sedikit
tertinggal, sepertinya cukup untuk membuat saya menjadi anak yang lebih
dihormati dibandingkan teman-teman sebaya saya didesa itu. Bahkan dari kecil
saya sudah dipanggil Mas (kakak dalam bahasa jawa) oleh hampir semua orang,
dari yang kecil hingga orang tua. Lengkap sudah kemudahan-demi kemudahan yang
saya temui hampir disetiap sudut kehidupan yang saya jalani.
Ini bukanlah sebuah
kesalahan orang tua atau lingkungan, namun memang saya terlahir dengan keadaan
yang bisa gak bisa seperti itu, mengingat jerih payah orang tua dan pencapaian
yang telah beliau gapai yang salah satunya untuk mengangkat derajat keluarga. Saking
seringnya saya dimudahkan dalam proses perkembangan saya, sampai-sampai saya
mengalami keterlambatan kedewasaan (keterbelakangan mental) yang alhamdulillah
tidak berlangsung begitu lama, berkisar 2-3 Tahun lamanya. Pada saat itu saya
masih teringat jelas bagaimana saya yang sudah duduk dibangku kelas 3
Tsanawiyah (SLTP) lebih suka bergaul dan bermain dengan anak yang duduk
dibangku SD kelas 4-6. Bahkan ketika saya sudah menginjak kelas 1 Madrasah
Aliyah (SLTA) saya masih bergaul dan bermain dengan teman-teman yang sama.
Sampai pada saatnya saya berhenti sekolah ketika masih duduk dibangku SLTA
kelas 1 karena merasa paling kecil dan paling minder diantara teman-teman saya.
Alhamdulillah setelah saya Pindah sekolah di Jawa, proses pendewasaan saya
menjadi lebih baik dan akhirnya menginjak kelas 2 SLTA saya sudah bisa
menyeimbangkan mental dan perilaku saya seperti teman-teman sebaya saya.
Dari cerita diatas
yang belum lagi ditambah dengan sederetan perilaku saya yang kurang terpuji,
cukuplah menjadi sebuah alasan jika saya tidak layak untuk menasehati atau
menggurui siapapun kecuali diri saya sendiri. Banyak pelajaran yang bisa saya
ambil dari apa yang saya alami diwakti kecil hingga sekarang, salah satunya
bahwa bagaimanapun perlakuan kita kepada orang lain itu akan memberi dampak yang
sesuai dengan apa yang kita berikan kepada mereka. Sehingga banyak orang tua
yang memperlakukan anak-anaknya dengan keras dan disiplin mungkin salah satunya
ingin menjadikan anak tersebut memiliki karakter yang baik atau lebih baik
lagi. Dan sebagai anak atau seseorang yang perlakukan oleh orang lain, maka
kita harus tetap memilih dan memilah apakan perlakuan itu membuat diri kita
lebih baik atau justru lebih buruk, maka jika kita mampu menganalisa hal
tersebut setidaknya kita bisa memposisikan diri agar diperlakukan dengan sebuah
perlakuan yang bisa menjadikan diri kita memiliki sesuatu yang lebih baik
kedepannya.
Oleh sebab itu saya
selalu mengingatkan diri saya bahwa jangan suka dimudahkan (dimanja) dan diberi
lebih (melebihi yang semestinya) atau saya akan menjadi orang yang manja dan
hanya suka diberi. Semoga ini bisa menjadi sebuah nasehat bagi diri saya untuk
menjadi yang lebih baik dan berguna bagi orang lain khususnya orang tua,
Keluarga dan lingkungan saya. Amin.
Billahitaufiq wal
hidayah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar